RSS

Cegah Banjir dari Meninggikan Lahan Hingga Bangun Danau

16 Feb

Masalah banjir cenderung sensitif bagi calon konsumen, sehingga tidak heran banyak pengembang yang menjadi isu bebas banjir sebagai selling point proyeknya. Sebab dampak negative yang ditimbulkan banjir cukup besar, menenggelamkan rumah kesayangan, dan harta benda. Serta memutuskan akses transportasi yang membuat terganggunya perputaran roda ekonomi negeri ini.
Begitu banyaknya daerah-daerah baru yang terkena banjir, membuat calon pembeli properti dan rumah di kawasan penyangga ataupun Jakarta kebingungan memilih lokasi yang aman dari banjir. Tidak sedikit yang menunda rencana membeli rumah baru sambil menunggu dan mencari informasi kawasan yang benar-benar aman.
Menurut Presiden Direktur PT Keppel Land, Lim Seng Bin, Jakarta Garden City (JGC) memiliki ketinggian permukaan tanah lima hingga tujuh meter dipermukaan laut.
Ketinggian itu juga melebihi ketinggian rata-rata lokasi di Jakarta. Sehingga kawasan hunian akan terhindar dari banjir. “Memungkinkan pembuangan limpahan air berlangsung alami tanpa perlu dipompa,” tuturnya.
Berkat rancangan system drainase terpadu dan pembangunan saluran disepanjang batas terluar projek. Warga sekeliling JGC juga akan ikut menikmati terhindar dari banjir. Karena limpahan air dari perumahan warga di sekeliling JGC bisa ikut mengalir dan tersalur menjadi lebih lancar.
Dia menjelaskan, lokasi JGC berada di tengah jaringan drainase utama, yakni Cakung Drain disebelah barat. Kanal irigasi di selatan. Cakung remaja drain di utara dan banjir kanal timur. Jaringan saluran air JGC dirancang terhubung dengan drainase utama tersebut dalam upaya mewujudkan system terpadu kendali banjir yang andal.
Saat ini, tata kelola air di kawasan yang berlokasi 10 menit dari kelapa gading ini telah berfungsi. Hal ini tidak terlepas dari keberadaan situ Rorotan. Sebuah kawasan danau alami di bagian utara JGC. Kedepannya danau tersebut akan dikeruk dan diperdalam sehingga mampu menampung limpahan air hujan. Baik berasal dari dalam maupun lingkungan sekeliling JGC.
Selain itu, tambah dia, saat terkepung banjir sekalipun. Penghuni tidak perlu khawatir akan terisolasi. Akses langsung dari dan ke tol luar lingkar luar Cakung-Cilincing yang terdapat di sebelah barat JGC, tetap memungkinkan penghuni menjangkau berbagai wilayah lain di manapun di Jakarta.
Staf Manager Perumahan Permata Metropolitan Andi Somantara, mengatakan, beberapa tahun lalu Permata Metropolitan sempat terkena dampak meluapnya saluran alami yang letaknya persis di samping perumahan Permata Metropolitan. Namun hal itu tidak berlangsung lama karena pengembang memutuskan untuk ‘mengatur’ saluran alami yang memiliki lebar lima meter itu. ”Kami membangun tanggul untuk mengelola air di saluran alami tersebut,” terangnya.
Agar air yang terdapat di saluran alami bisa terus dikontrol, setiap kali memasuki musim penghujan pengembang selalu melakukan normalisasi aliran air. Mulai dari membersihkan saluran air dari sampah hingga mengeruk di saluran alami agar menjadi lebih dalam. Dengan begitu, debit air yang bisa ditampung menjadi semakin dalam.
Kendati begitu, pihaknya juga telah memiliki scenario bila ternyata air di saluran alami itu tetap meluap ke dalam kawasan hunian. Diantaranya adalah dengan menaruh karung yang berisi pasir disepanjang aliran saluran alami yang melintasi kawasan hunian. Tidak cukup dengan itu, pompa air akan langsung dipergunakan untuk menyedot air keluar kawasan hunian.
Dia mengaku saluran alami tersebut merupakan potensi alam yang bisa meningkatkan nilai tambah kawasan huniannya. Karena itulah, sejak dini pihaknya terus memperbaiki daerah aliran saluran alami tersebut. ”Disekitar aliran kami menanam pohon. Karena bukan mustahil tempat itu akan kami jadikan pusat rekreasi air di Bekasi,” paparnya.
Corporate Communications Senior Manager PT Bumi Serpong Damai (BSD) Idham Muchlis, mengatakan kendati BSD belum pernah terkena banjir, namun pihaknya tetap mengambil berbagai langkah antisipatif. Misalkan saja dalam tahap pertama pengembangan BSD (1500 ha) telah dibangun 11 danau buatan seluas 23 ha yang tersebar di beberapa lokasi.
Danau buatan itu berguna untuk parkir air sekaligus menambah keindahan kota. Selain itu, ada dua taman kota dengan luas dua hektar dan 9,5 ha. BSD juga tengah menyiapkan Green Belt di sepanjang Sungai Cisadane dengan lebar 50mx7,5 km. ”Itu belum termasuk taman-taman lingkungan di setiap blok perumahan di BSD. satu blok satu taman dengan luas antara 5000 m2 hingga 10.000m2,” paparnya.
Manager Corporate Public Relation Lippo Cikarang Ria Rohana Sormin, menjelaskan perencanaan Lippo Cikarang yang ‘matang’ dan cermat dalam membangun sebuah kawasan, membuat perumahan Lippo Cikarang tidak terkena banjir. Ketinggian atau elevasi infrastruktur di perumahan maupun industri terhadap tinggi permukaan air di sungai sudah diperhitungkan aman terhadap banjir.
Faktor environment juga memiliki peran besar dalam hal ini. Kawasan yang bersih, tertata dengan baik, ruang terbuka hijau yang cukup akan menghindarkan dari malapetaka ‘banjir’. Lippo Cikarang mengusung konsep “Green” dalam pembangunan kawasan. Green yang konotasinya adalah hijau dan bersih, rapi dan tertata sehingga tercipta harmoni dengan lingkungan.
Dia mengatakan, kawasan perumahannya memahami persoalan terhadap lingkungan dengan tindakan. Kebersihan bukan sesuatu yang sulit namun perlu kepedulian untuk menghindari petaka yang berkepanjangan. Sampah yang dikelola dengan baik tidak akan menyumbat atau bikin mampet, dengan demikian air dapat mengalir lancar ke sungai.
Juga adanya ruang terbuka hijau seperti taman dan pohon yang cukup sangat membantu penyerapan air. Di Lippo Cikarang hal ini ditangani oleh City Management Division.
Membangun situ, sumur atau danau buatan adalah langkah bijak yang bisa diambil untuk mengantisipasi apabila terjadi curah hujan tinggi dan lama sehingga cukup ruang untuk menampung air.
Senior Corporate Communication Manager PT Alam Sutera Realty Liza Djohan menambahkan, pembangunan kawasan di Alam Sutera dilakukan dengan menerapkan ecological planning method (EPM), sebuah metode penataan kawasan yang berbasis lingkungan.
Metode ini benar-benar dijalankan pihaknya sejak awal mula Alam Sutera dikembangkan pada awal 1994. Melalui proses pemetaan terhadap faktor alam (natural factor) dan faktor perencanaan (planning factor). Faktor alam meliputi topography, hidrology, kandungan tanah, akses, land use planning, sosiodemography, dan masih banyak lagi. Hasil dari proses pemetaan tersebut digabungkan sehingga membentuk suatu zoning plan yang kemudian dipergunakan gunakan sebagai dasar pembuatan master plan di Alam Sutera.
Dengan proses yang telah dilakukan tersebut, pada akhirnya kawasan Alam Sutera menjadi kawasan yang sustainable dan keseimbangan alam dapat tercapai, sehingga terciptalah konsep hunian yang ada seperti hari ini, yakni konsep hunian yang nyaman, asri, dan memiliki lingkungan yang sehat.
Alam Sutera sudah mempersiapkan diri dengan pembuatan saluran-saluran air dengan memperhitungkan debit dan kecepatan air, serta daerah asal pengiriman air. Hal lain yang juga turut berperan penting dalam ‘pencegahan’ banjir tersebut adalah penanaman dan perawatan ribuan pohon di kawasan Alam Sutera. Serta mempergunakan telaga yang terdapat di Alam Sutera sebagai water reservoir.
Dia menjelaskan keberadaan pohon dapat menampung air sekitar 10% dari total bobot pohon itu sendiri. Sementara itu, water reservoir atau penampungan air berfungsi untuk menerima sebagian curahan air sebelum kemudian mengalirkannya ke danau berikutnya. ”Hal ini dimaksudkan agar keseimbangan iklim di kawasan dapat terjaga dengan baik,” tuturnya. (Seputar Indonesia)

 
Tinggalkan komentar

Ditulis oleh pada Februari 16, 2009 inci properti

 

Tinggalkan komentar